Selasa, 16 Juni 2009

Patung Batu Putih Semakin Diburu


Banyuwangi, Krisis global tampaknya tidak berdampak bagi perajin patung di Banyuwangi. Buktinya beberapa bulan terakhir, permintaan patung justru semakin meningkat. Akibatnya perajin sanggar putri using kwalahan order.

Hampir setiap hari perajin Sanggar Putri Using di Jalan Raden Wijaya Banyuwangi nyaris tak ada waktu luang selain mengerjakan patung. Batu cadas putih yang didatangkan langsung dari Jogyakarta itu diukir berdasarkan pesanan. Perajin sengaja mendatangkan dari Jogja karena batu lebih bersih dan tidak mudah berlumut.

Sejak berdiri lima bulan lalu, para pematung berliran realis ini mampu menjual 40 hingga 50 patung setiap bulannya. Dari jumlah itu hampir 60 persen diekspor ke manca negara khususnya benua Eropa. Sedangkan sisanya dijual di pasar lokal, Bali. Dalam sebulan keuntungan bersih mencapai 25 juta rupiah.

Patung yang paling banyak diminati adalah jenis patung Budha bersemedi dan patung Dewi. Harganya bervariasi dari 2 hingga 8 Juta per patung tergantung ukuran, dan tingkat kesulitan dalam pengerjaannya.


Kerajinan Limbah Kaca

limbah kaca

Gerabah Berpoles Limbah Kaca

Jember, Jika di sekitar anda banyak limbah kaca, tidak ada salahnya kalau anda mencoba mendaur ulang menjadi barang berguna. Seperti yang dilakukan seorang perajin di Jember Jawa Timur, yang cukup jitu memanfaatkan limbah kaca menjadi aneka hiasan rumah nan artistik. Hasilnya eksotik dan ramah lingkungan.

Kaca bekas yang ada di rumah Supardi warga desa Sidodadi Jember sudah tidak tersisa. Ia manfaatkan limbah kaca itu menjadi beragam kerajinan yang memiliki nilai ekonomis.

Caranya pun mudah. Setelah dibersihkan, kaca dipilah berdasaran warna dan jenis. Selanjutkan dipotong kecil-kecil berbentuk segi empat. Potongan kaca inilah yang selanjutnya ditempel dengan lem pada media yang akan dibentuk. Bisa gerabah atau media lainnya. Potongan kaca juga bisa dibentuk tempat tisu atau asbak rokok.Mudah bukan?

Dalam sehari, Supardi mampu menghasilkan tiga sampai lima produk. Ia jual dengan harga 15 hingga 300 ribu rupiah tergantung besar kecilnya produk serta tingkat kesulitan pembuatannya. Anda mau mencoba?

Gagal Jadi Musisi, Sukses Menekuni Miniatur Gitar

Jember, Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Rupanya kata bijak itu mampu memacu semangat sekelompok pemuda di Jember untuk terus berkarya. Kegagalannya untuk menjadi musisi, justru mengantarnya menjadi perajin ternama membuat miniatur gitar.

Kelompok pemuda yang mengatasnamakan Kramer (Kreasi anak muda Jember) mendapatkan inspirasi saat bermain musik dari kafe ke kafe dulu. Munculah ide membuat miniatur gitar klasik ternama seperti merk Gibson, Vender atau Ibanez.

Agar menghasilkan karya berbeda, dipilihlah bahan-bahan super. Kayu misalnya dipilih kayu jati berkwalitas, sedang stang gitar terbuat dari tulang sapi. Tak ayal, jika harga sebuah miniatur gitar ini mencapai 50 ribu rupiah. Kalau semula pasar hasil kerajinan mereka hanya Bali saja, kini sudah mulai dilirik pasar Jepang.


Aneka Kerajinan Berbahan Korek Api

Lumajang, Kalau biasanya anda membuang begitu saja korek api yang telah terpakai, untuk kali ini mungkin perlu anda berpikir ulang. Jika anda telaten, batangan korek api bekas itu bisa menambah kocek anda. Nah tertarik?

Korek api bekas bisa menjadi aneka kerajinan seperti yang dilakukan Ichwan Syahyudi, perajin asal desa Wonorejo Lumajang. Ternyata, korek api bekas bida dibentuk miniatur sepeda, becak, warung bakso, atau pos kamling.

Ichwan mengakui awalnya hasil karyanya itu acak-acakan, namun bermodal keuletan dan pantang menyerah, akhirnya berbuah sukses. Nah, dari hasil kreatifitasnya itu Ichwan bisa meraup keuntungan 20 hingga 50 ribu rupiah, bahkan bisa membiayai kuliahnya hingga menjadi sarjana.

Tak Melaut, Sukses Menekuni Kerajinan Kayu

Situbondo, Sebagian warga desa Klatakan Situbondo, kini berubah lebih baik setelah beralih aktivitas dari mencari ikan di laut menjadi perajin kayu. Mereka justru sukses setelah membuat kerajian seperti selancar, selancar mini, ikan mainan, atau sandal jepit mainan.

Perubahan itu terjadi sejak 1993 silam. Karena sering paceklik saat mencari ikan di laut, para nelayan itu mencoba mengubah nasib. Awalnya dimotori oleh Sayadi. Ia mencoba membuat kerajinan kayu berbentuk selancar mainan.

Alhasil, karyanya itu diminati pasar manca negara. Omzetnya pun menggiurkan, karena mencapai ratusan juta rupiah. Kini warga desa itu mengikuti jejak sukses Sayadi, untuk bisa menikmati hasil kerajinan kayu.

Limbah Plastik Untuk Kerajinan Payung dan Tas

Jember, Bekas kemasan produk seperti diterjen atau mie instant ternyata bisa disulap menjadi barang berguna dan bernilai ekonomis. Dipoles sedemikian rupa, limbah itu bakal berubah menjadi tas dan payung.

Di tangan para ibu rumah tangga desa Gumuk Kerang Jember, limbah plastik kini bermanfaat. Pantas kalau lingkungan desa itu asri dan bebas dari sampah kemasan produk. Bahkan karena kekurangan bahan, para ibu-ibu itu tak segan-segan turun ke sungai dan ke tempat hajatan.

Hasil produknya yang kretaif itu sudah laku di pasaran. Harganya antara 4 hingga 250 ribu tergantung tingkat kesulitannya.

Bambu Apus Untuk Bahan Anyaman

Bondowoso, Di tengan membanjirnya produk pabrikan alat rumah tangga, ternyata tidak menyebabkan perajin bambu terpinggirkan. Setidaknya itu terlihat di sentra kerajinan anyaman bambu di desa Grujugan Bondowoso. Salah satunya adalah Nursalim.

Perajin anyaman itu memanfaatkan bambu apus yang tumbuh subur di kebun dan halaman rumah warga setempat. Bambu apus dipilihnya, karena seratnya lembut sehingga mudah untuk dibentuk. Berusaha sejak 1997 silam, Nursalim tak lepas dari pasang surut berusaha. Namun dengan ketekunannya, hasil kerajinan anyaman bambu miliknya tak kalah dengan hasil pabrikan.

Kuncinya adalah menumbuhkan kreatifitas dengan mendesain model serta motif sesuai perkembangan jaman. "Saya memadukan model anyaman bambu dari perkembangan model di majalah-majalah dan perkembangan barang pecah belah buatan pabrik", ungkap Nursalim.

Anyaman bambu khas Grujugan Bondowoso itu menghasilkan berbagai produk seperti tas, hantaran buah, souvenir, kap lampu, dan lain-lain. Setiap bulan ia mampu memproduksi 800 buah dengan harga berkisar antara 20 hingga 60 ribu rupiah. Pasarnya di kawasan Bondowoso, Jember, Situbondo, dan Banyuwangi.

Daun Singkong Sumber Inspirasi Perajin

Bondowoso, Singkong tak hanya bisa dijadikan bahan makanan seperti tape, namun pohon singkong mampu pula menginspirasi warga Bondowoso sebagai motof batik. Hasilnya cukup disuka semua kalangan, karena keseimbangan daun singkong yang tampak indah walau dikombinasi denga berbagai motf dan tren kontemporer.

Pohon singkong memang mudah didapat di Kabupaten Bondowoso. Warga biasanya menanamnya di kebun atau halaman rumah. Maklum, singkong sendiri dijadikan bahan baku utama pembuatan tape singkong yang merupakan makanan khas Kabupaten Bondowoso.

Namun bagi Didik Astiawan, perajin batik warga desa Sumbersari Bondowoso, singkong juga menjadi sumber inspirasi motif batiknya. Inspirasi itu muncul tahun 1980 silam, ketika para perajin batik berkiblat pada motif khas daerah lain, seperti Solo, Jogja, Lasem dan Madura.

"Batik motof singkong itu luwes, cocok dipadu padankan dengan gaya klasik maupun komtemporer sekalipun", jelas Didik. Motif singkong tampak indah jika digunakan untuk sajadah, mukena, korden, pakaian adat, dan pakaian tren masa kini. Batik tulis motif daun singkong berbahan katun dijual dengan harga 200 hingga 500 ribu rupiah, sedang yang berbahan kain sutra harganya mencapa dua juta rupiah per potong. Motif batik khas Bondowoso itu kini menjawab ragam tanya, jika Bondowoso bukan lagi ajang persinggahan hasil perajin batik dari daerah lain.

Senin, 15 Juni 2009

Limbah kertas dan kaleng bernilai ekonomis

Jember, Limbah kertas dan kaleng bekas dibuang sayang. Jika anda kreatif, anda bisa memanfaatkannya menjadi karya seni. Sedikit sentuhan, akan bernilai ekonomis. Ya, itulah yang dilakukan Cucuk seorang warga kelurahan Jember Kidul. Dari sentuhan tangannya, tumpukan kertas berubah bentuk seni rupa patung.

Caranya, kertas dipotong dan diremas halus dicampur tepung kanji. Selanjutnya dipanaskan sesaat di atas kompor hingga menyerupai tanah liat. Agar hasil yang diperoleh maksinal, campuran kertas ditambah batu bata, sehingga warna bertambah alami.

Tahap berikutnya, kaleng bekas dibentuk sedemikian rupa untuk bidang patung yang akan dibuat. Selanjutnya baru kertas yang sudah tampak seperti tanah liat ditempelkan ke kaleng bekas. Kini jadilah patung dari limbah kertas dan kaleng.

Hasil karya Cucuk itu sudah sampai ke manca negara seperti Malaysia dan Belgia. Harganya mulai lima belas ribu hingga 30 ribu rupiah. Kertas dan kaleng bekas yang sulit terurai, kini justru bernilai ekonomis.